Hanya Seonggok Asa
Oleh:
Nadyatul Husna/BASTIND ‘14
Secangkir kopi panas
Di bawah silaunya ibukota
Meluncurkan ingatanku ke punggung waktu
Tiba-tiba semua terasa berbeda
Sesuatu itu mengubah segala rasa
“Yes, I will do!”
“Di jaga sampai akhir”
Tak pernah terimpikan, semua terubahkan
Pernah terabaikan dan terhiraukan
Namun.. bersamanya, aku hidup!
Pernah tersesali pula
Karna hidup itu Realistis!
‘nggak’
selalu seperti fairy tale
Hanya angan-angan belaka
Disini,
aku melangkah dan mengukir
Tergetak
kakiku melaju tanpa ragu
Terukir
jejak dengan bekas suka duka
Dengan
segenap kekuatan menghindari lintasan pecundang
Yang
terbayang jiwa ketakutan
Dalam
kerikil-kerikil perjuangan
Kubangkitkan
menjadi satu kesatuan pemenang
Pena
bergoyang melukiskan harapan
Isak tangis yang dulu tak
kuasa
Kini tergenang dalam
lentera kegelapan
Tubuh kokoh berpijak di
atas kegigihan
Titik fatamorgana kan tersingkir
Sebutir demi sebutir asa tergenggam
Melirik jalan ke depan ditemani sejuta
keberanian
Menghitung bulir-bulir impian
Yang berlomba untuk tercurahkan
Pernahku
menjerit, menangis, menahan cercaan takdir
Terpaku
dalam angan yang tiada bertepi
Biarlah
gundah gulana bersemayam pada keadaan
Tak
kubiarkan meretakkan segala asa
Tak
kubiarkan luluh hancur berantakan
Oleh
setitik goresan debu yang menari bersama angin
Biarlah asa tetap hinggap
bersama awan
Berkelana diantara ribuan
bintang harapan
Segera kunaiki tangga
langit, ku gapai dan ku aktualisasikan
Jika dentang waktu tak izinkan menghitung
masa
Maka ridhoi aku tuk menggapainya sebelum
akhir tiba
Sebelum sisa-sisa waktu untukku telah di
penghujung tombak
Biarkanlah kutebarkan segala asa yang ku
gapai pada dunia!
Yang kan mengenang dan mengukir indah
namaku di tubuhnya
No comments:
Post a Comment